Cerpen
Menggagas Semangat nasionalisme
pada
abad ke 21
(Keislaman, modern dan keindonesiaan)
Muhammad
Abdurrahman Rois namaku. Itulah nama asliku. Nama yang diberikan oleh bapak dan
ibuku kepadaku. Kami warga keturunan
Jawa Indonesia. Aku dua bersaudara, aku anak pertama dan nomer dua itu bernama
Burhan.
Bapakku
bernama Mansur. Beliau adalah orang yang menjadi tokoh pedoman bagi keluarga kami, karna beliau adalah seseorang
yang memberikan pedoman dan sebagai contoh untuk keluarga kami. Setelah itu
ibuku bernama Muyassarah juga sebagai contoh bagi keluarga, para tetangga karena
kepatuhan terhadap keluarga dan keloyalan dalam hidup bermasyarakat.
Kulitku
kuning langsat, mataku seperti orang cina. Tubuhku sekitar 165 cm, kata orang
wajahku seperti orang cina dikarnakan mataku yang sipit dan kumis seperti orang
cina. Dari kecil aku dituntut untuk belajar untuk meraih masa depan dan
memperbaiki sistem agar menjadi lebih baik.
Kami
terlahir dari keluarga yang mapan, jadi orang tua cukup membiayai pendidikan
untuk aku. Jadi aku disuruh bapak untuk meneladani riwayat hidup beliau untuk
menjadi orang yang lebih baik lagi dibanding bapak, dan bisa menolong serta
membangun negeri ini.
Aku
tak pernah mengeluh disuruh dan dibebani dengan semangat untuk menjadikan
negara yang modern, berakhlak baik dan menjaga nama baik bangsa Indonesia. Kami tinggal
berpindah-pindah dari Bandungan, Yogjakarta, Magelang, Semarang dikarenakan
untuk mengikuti bapak karena bekerjanya dan kuliah.
Semuanya
itu terbaik tetapi ada yang paling baik untuk kita pilih ke depannya dan untuk
menjadi seseorang yang berguna bagi agama, nusa, bangsa dan negara Indonesia yang tercinta ini. Untuk menjadi
manusia yang berguna dan bermanfaat tentulah harus menjadi orang yang membahagiakan
keluarga terlebih dahulu dengan sikap, proses, prestasi dan hasil cita-cita
yang telah digapai oleh kita sendiri.
Di
pagi hari waktu berangkat sekolah, aku naik motor dan bertemu dengan temanku
yang bernama Marjuki, dia adalah orang
yang prinsipnya hampir sama denganku yakni ingin membuat bangsa dan tanah air
ini menjadi lebih baik dari sekarang ini dan ingin menambahkan ilmu teknologi
dalam kehidupan sehari-hari.
Aku
berkata,”Juk, kamu kok belum berangkat lagi nungguin apa?”, dan dia
menjawab,”aku lagi nungguin angkota yang lewat untuk bisa ke sekolah Is”,
setelah aku pikir-pikir daripada dia kesiangan dan terlambat aku boncengkan
dia.
Kemudian
di perjalanan setelah Marjuki mbonceng aku, aku bertanya kepada Juki, ”Juk,
menurutmu sekarang ini negeri kita seperti apa?”, dan dia menjawab dengan
lantang,”menurutku itu negeri ini semakin remuk gitu,karna malah tambah banyak
kemiskinan dan maraknya korupsi, jadi inilah yang saatnya kita sebagai geneasi
muda harus tampil dan membuat atau mengubah bangsa ini menjadi bangsa yang lebih baik dan dibekali dengan teknologi
supaya bisa mengimbangi negara lain”.
Setelah
sampai parkir sekolah, kita masih mengobrol
sampai di kelas. Sehabis itu kita
pelajaran Pkn, di pelajaran aku bertanya pada guruku setelah menjelaskan,”bagaimanakah
caranya untuk mengubah bangsa ini menjadi bangsa yang menjunjung tinggi negara
ini, menjaga nama baik dengan cara tidak melakukan hal-hal seperti korupsi,
membunuh dll. Dan bagaimana caranya
untuk menjadikan teknologi sebagai makanan sehari-hari supaya bisa mengimbangi
negara lain?”.
Guruku
akhirnya menerangkan, belajarlah sungguh-sungguh agar kalian semua mempunyai
bekal ilmu yang cukup untuk digunakan
dalam pembangunan Indonesia di masa mendatang, apalagi masa mendatang marupakan
masa globalisasi yang dibumbui dengan Teknologi Ilmu Komunikasi.
Setelah
pembelajaran selesai dan tibalah waktu istirahat, aku pun mengajak temanku yang
bernama Wisda dia itu putranya temannya
bapakku. Aku berkata, ”Assalamu’alaikum Wis, yuk sholat seperti biasa solat dhuha? Gimana mau gak?”. ”Wa’alaikumsalam Is, siap
ayuk sholat he he” dengan tertawa dia menjawab. Kita pun akhirnya berjalan
menuju masjid sekolah. Kami pun akhirnya berjalan menuju ke masjid sekolah dan
di perjalananpun bertemu dengan guru PAI-ku yakni bu Rahma namanya. “Assalamu’alaikum
bu”aku menyapa dan berjabat tangan, kemudian temanku Wisda pun mengikutiku.
Setelah sampai dimasjid sekolah, aku
langsung mengambil air wudhu dan menyegerakan solat sunnah dhuha 4 rakaat dengan dua rakaat yang diakhiri
dengan salam. Setelah sholat dan berdoa, kami pun beranjak dan ke kelas untuk
mengikuti pelajaran selanjutnya. Aku merasa setelah sholat badanku sangatlah
segar di wajah. Di pelajaranku sekarang ini yaitu pelajaran TIK, guruku
berkata,”Jika bangsa ini harus maju dan tidak bisa dilecehkan bangsa lain
dengan seenaknya maka kalian sebagai generasi muda harus menguasai IPTEK yang
bisa mengubah bangsa ini menjadi lebih
maju lagi”. Temanku pun menjawab,”Di era seperti ini kan banyak yang menguasai IPTEK
tapi kenapa kok ga maju-maju bu?”.
Bu gurupun menjawab dengan memandang
temanku itu,”Gini nak, sebenarnya IPTEK di era seperti ini sudah lumyan
maju, faktor berikutnya yakni kemiskinan
dan yang mengakibatkan itu terjadi karena faktor KKn dinegarra kita yang
semakin marak. Kalian sebagai generasi muda harus mengubah sistem ini dan
menambahi atau membumbuni dengan IPTEK, Maukah kalian menjadi genarasi yang
bisa mengubah masa depan bangsa ini?”. Seisi kelas pun menjawab dengan serentak
dan bersemangat,”Siap bu, saya bersedia”.
Kemudian bunyi bel 3kali pun berbunyi, dan kami pun bersiap-siap untuk
pulang, aku sebagai ketua kelasnya memimpin berdoa. “Minta perhatiannya, berdoa
mulai” Kataku dengan keras untuk menarik perhatian supaya langsung berdoa. Aku
dan teman-temanku sekelas pulang dan berjabat tangan dengan guruku TIK itu.
Sebelum ekstra, akupun sholat dhuhur terlebih dahulu supaya tidak meninggalkan
kewajibanku. Setelah sholat akupun mengganti pakaianku dengan pakaian seragam
paskibra SMAku. Jam 02.00 WIB telah tiba, dan akupun menjadi petugas apel
latihan rutin paskibra dan tugasku adalah pimpinan apel. Ketua Paskibrakulah
yang menjadi pembina, ketuaku itu cewek yang bernama Layyin dan dia biasa aku
panggil “ndan”.
Upacara apel sudah selesai, aku pun
biasanya di dekat Layyin temanku tadi, karena biasanya akulah yang menjadi
tempat minta tolong untuk memimpin adek-adeknya. ”Rois ,ke sini bentar ! kamu
yang pimpin PBB dulu ya, kelas 11 yang lain mau rapat dulu untuk pelantikan
besok adek-adeknya.” Layyin memberi perintah dengan senyuman. Dan aku pun
menjawab dengan tegas,”Siap ndan !”dan akupun tersenyum pula. Akupun memimpin
dengan tegas adek-adek pasukan, aku latih belok kanan, dua kali belok kanan,
dan lain-lain.
Kemudian setelah di pertengahan ada
anggota paskib, adek kelas yang namanya Rizky. Terlambat dan langsung masuk ke barisan.
Aku langsung menegurnya, ”Dek maksudmu gimana? Udah laporan belum? Tahu adat
masuk barisan belum? Apakah kakak kelas kalian mengajarkan seperti ini? Kalau seperti
ini bangsa kita tidak akan maju dek, bangsa ini malah jadi gak disiplin kalau
kalian gak dilatih disiplin dari awal dek, jadi dek Rizky laporaan dulu sana
sama mbak Layin sekarang!”.
Setelah latihan rutin, kita semua
menjalankan adat atau yang biasa disebut tata tertib. Tata tertibnya yakni tos,
disambung lagi berjabat tangan dengan para senior alumni dan semuanya. Setelah
itu selesai kita semua pulang ke rumah masing-masing untuk beristirahat dan
menunaikan sholat magrib serta mengaji,
setelah itu aku berdiskusi dengan keluarga yakni membahas tentang politik dan
masyarakat Indonesia sekarang.
Mula-mula aku berkata, ”bapak, menurut
bapak, negara ini sekarang gimana ya? Peraturan seperti dilecehkan dengan uang dan hanya orang yang
berduit yang menguasai”. Kemudian bapak membalas, ”Ia emang benar, tapi tidak
seluruhnya seperti itu, dan bangsa kita sekarang lebih berkembang, berkembang
dalam IPTEK, pengetahuan, dan minat pendidikannya semakin tinggi, tetapi dalam
sikap mental pribadi mereka banyak yang menyimpang.”
Ibuku menambahi, ”Bangsa kita itu
sudah semakin maju tetapi masih digandrungi dengan kemiskinan, sebagian orang
yang gagap teknologi informasi, dan mental yang kurang peduli dengan nasib
orang yang berada di bawah kita.” Akupun menanggapi dengan ceria,”iya sih di negara
kita itu intinya masih digandrungi dengan mental orang pemalas, tetapi tidak
suka terhadap orang yang sukses.”
Dari penulisan ini dapat disimpulkan
bahwa, kita semua haruslah mengisi kemerdekaan RI dengan penuh semangat,
belajar sungguh-sungguh sehingga tahu tentang ilmu-ilmu kemodernan. Tetapi kita
juga tidak boleh melupakan kecintaan kita terhadap bangsa Indonesia
(nasionalisme). Namun kita juga tidak boleh meninggalkan aturan-aturan atau
ajaran agama Islam. Sebelum
melaksanakan kegiatan selalu membaca doa, dan ketika waktu kegiatan selalu
ingat perintah Allah, saat jamnya sholat dhuhur sholat dhuhur, saatnya sholat
asar sholat asar. Dan setelah selesai kegiatan membaca doa pula agar semua yang
telah dilaksanakan tadi mendapat ridlo Allah SWT, dan dikabulkan oleh Allah
SWT. Dalam berkata dengan teman bahkan dengan orang tua dan guru haruslah
dengan sopan dan penuh dengan kejujuran sesuai ajaran Islam.
Nama : Muhammad
Abdurrahman Rois
Tempat, tanggal lahir : Salatiga,
29 november 1996
Alamat : Jl.
Karangjoho RT 02/04 Wates Ngaliyan Semarang
Asal
sekolah : SMA N 8 Semarang
Jenis
kelamin : Laki-Laki
Contact
person : (HP : 081914430369,
e-mail : roiz.muhammad@yahoo.co.id, FB : Muhammad Abdurrahman Rois , twitter : roiz_muhammad
)